468x60 Ads

This is featured post 1 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 2 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 3 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 4 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 5 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Rabu, 02 Oktober 2013

materi 4 klas xi sem 1

Perkembangan Muhammadiyah dalam Pergerakan Nasional Indonesia
Pada waktu Muhammadiyah didirikan, keadaan masyarakat Islam sangat menyedihkan, baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi, maupun kultural akibat penjajahan Belandsa di Indonesia. Dalam bidang agama, kehidupan beragama menurut tuntunan al-Quran dan as-Sunnah tidak berjalan karena adanya perbuatan syirik, bid’ah, kurafat, dan tahayul sehingga agama Islam berada dalam keadaan beku. Di bidang pendidikan, lembaga pendidikan Islam yang ada tidak dapat memenuhi tuntutan dan kemajuan zaman, disebabkan sikap mengisolasi diri dari pengaruh luar serta adanya sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan panggilan zaman.
Muhammadiyah memiliki beberapa organisasi otonom yang berdiri sendiri dalam lingkungan Muhammadiyah. Organisasi otonom tersebut betul-betul otonom dalam ruang lingkup masing-masing. Mungkin saja organisasi otonom tersebut dapat digolongkan menjadi organisasi pendamping dan organisasi kader. Yang dimaksud dengan organisasi pendamping ialah Aisyah 9wanita) yang bahu-membahu dengan Muhammadiyah dalam mencapai cita-cita organisasi. Sedangkan organisasi kader yang akan melanjutkan perjuangan Muhammadiyah di masa depan. Organisasi otonom tersebut ialah :
·         ’Aisyah (wanita)
·         Pemuda Muhammadiyah
·         Nasyitul ’Aisyah (puteri)
·         Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
·         Ikatan Remaja Muhammadiyah
·         Tapak suci Putera Muhammadiyah (perguruan pencak silat)

Muhammadiyah dalam perkembangan berikutnya dikenal luas oleh masyarakat maupun para peneliti dan penulis sebagai gerakan Islam pembaruan atau gerakan tajdid. Muhammadiyah karena memiliki watak pembaruan dikenal pula sebagai gerakan reformasi dan gerakan modernisme Islam, yang berkiprah dalam mewujudkan ajaean Islam senafas dengan semangat kemajuan dan kemoderenan saat itu. Selain itu Muhammadiyah dikenal juga sebagai gerakan dakwahyang bergerak dalam menyebarluaskan dan mewujudkan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. dan tidak bergerak dalam lapangan politik. Sifat-sifat sosial dan pendidikan Muhammadiyah memanglah telah ada pada masa-masa ini.
Daerah operasi oragnisasi Muhammadiyah mulai diluaskan setelah tahun 1917. Pada tahun itu Budi Utomo mengadakan kongresnya di Yogyakarta  ketika Kyai Haji Ahmad Dahlan mendapatkan simpati dalam kongres tersebut.
Muhammadiyah Masa Kependudukan Jepang
Pada masa kependudukan Jepang, Muhammadiyah sebagai organisasi agama di Indonesia mendapatkan dukungan dari pemerintah Jepang. Sebaliknya banyak partai politik yang ada dibubarkan, sedangkan Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama’ diberi izin untuk mengelola pendidikan Muslim di atas tingkat pendidikan dasar. Pemerintah Jepang juga mendirikan kelompok milisi Muslim dengan lambing bulan sabit dan matahari terbit yang melambangkan perjuangna jihad bersama Jepang dalam menghadapi kekuatan Barat.[4]
Melalui K.H Mas Mansur, Muhammadiyah memiliki wakil dan peranan penting dalam Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Selain itu, melalui Ki Bagus Hadikusumo Muhammadiyah tetap dapat menunjukkan sikap kritis, yakni terkait dengan penolakan pada aturan-aturan penghormatan kepada Tenno Haika dengan membungkukkan badan kearah matahari terbit (seikirei).[5]  Atas ultimatum Ki Bagus Hadikusumo segera dipanggil Gunseikan atau Gubernur Militer di Yogyakarta. Akhirnya persoalan pelik tersebut dapat diatasi.
Menjelang meletusnya Perang Dunia II tahun 1939, kedududkan Pemerintah Hindia –Belanda goyah karenan semakin gencarnya desakan perjuangan kebangsaan Indonesia. Sebelum melakukan ekspansi ke Negara-negara di Asia Tenggara, Jepang telah mengambil langkah awal yaitu sejak pertengahan tahun 1920-an. Sejak pertengan tahun 1920-an dan seterusnya, lembaga-lembaga Islam dan majalah-majalah Islam mulai muncul di Jepang.[6] Pada tahun 1938 Jepang mengundang tokoh-tokoh Islam dari beberapa Negara, termasuk Indonesia untuk menghadiri peresmian masjid di Tokyo. Usaha-usaha Jepang tersebut merupakan rencana awal ekspansiinisme Dai Nippon.[7]
Pada saat Muhammadiyah dibawah pimpinan Mas Mansur, Jepang menyerbiu Indonesia. Jepang menyatakan perang kepada Sekutu setelah menyerang pangkalan Armada Amerika Serikat di Pearl Harbour. Akhirnya sekutu menyerah tanpa syarat pada 8 Maret 1942 di Kalijati.
Agar mendapat simpati dari umat Islam, maka Jepang berlalku lunak kepada Muhammadiyah. Gerakan dakwah Islam yang dilakukan Mughammadiyah berjalan biasa. Organisasi Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Hizbul Wathan, diberi kesempatan mengembangkan dirinya. Lain halnya dengan umat Katolik dan Kristen, yang pada waktu itu yang mendapatkan perlakuan yang sama dengan orang-orang Belanda yang seagama.
Jepang berusaha menghilangkan kesan bahwa kehadiran mereka tidaklah untuk menjajah, melanikan sebagai pelindung Asia atau saudara Tua Indonesia.  Upaya Jepang terdiri atas, yang pertama Jepang mengikutsertakan tokoh-tokoh kebangsaan organisasi atau lembaga dalam pemerintahan Jepang. Kedua, penggunaan bahasa Indonesia disamping bahasa Jepang sebagai bahasa resmi dalam lembaga-lembaga pemerintahan. Pada tanggal 20 Mei 1942 Jepang mengeluarkan UU Nomor 3 dan 4 yang melarang organisasi pergerakan rakyat Indonesia aktif. Sebagai penggantinya Jepang memebentuk Putera yang dipimpin empat serangkai. Salah satu empat serangkai tersebut adalah Mas Mansur, sehingga jabatan pengurus Besar Muhammadiyah diserahkan kepada wakil ketua, yaitu Ki Bagus Hadikusumo.
Selain aktif di Putera, banyak orang Muhammadiyah yang diangkat dan menduduki pasukan Pembela Tanah Air (Peta), menjadi Cu Dan Co, latihan militer (sainendan dan keibondan). Dalam menempuh perjuangan Muhammadiyah tidak melepaskan diri dari organisasi-organisasi Islam yang senafas.[8]
Pada 10 September 1943 Pemerintahan Jepang mengumumkan status hokum Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama’.[9] Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama’ tetap melakukan kegiatan dan MIAI sejak Oktober telah dilarang oleh pemerintah tanpa alas an yang jelas.[10] Pada 6 April 1943 Muhammadiyah mengubah tujuannya sesuai dengan kepercayaan untuk mendirikan kemakmuran bersama seluruh Asia Raya, dibawah pimpinan Dai Nippon. Tujuan tersebut terdiri atas:
a.       Hendak mengajarkan agama Islam serta melatih hidup yang selaras dengan tuntunannya.
b.      Hendak melakukan pekerjaan perbaikan umum.
c.       Hendak memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi pekerti yang baik kepada anggota-anggotanya.[11]
Pada tahun 1944 diselenggarakan kongres darurat di Yogyakarta untuk mengetahui perkembangan organisasi Muhammadiya. Muhammadiyah telah menggunakan istilah Indonesia dalam anggaran dasar sejak tahun 1941. Hal tersebut merupakan upaya untuk memperjuangkan Indonesia yang berdaulat.  Sebelum tahun 1940-an istilah Indonesia belum digunakan, tetapi setelah tahun 1940 kalangan Islam dan kebangsaan mulai mempergunakan istilah Indonesia. Dalam perjalannya Muhammadiyah sebagai oerganisasi Islam di Indonesia berperan penting dalam membangun masyarakat Indonesia, seperti:
a.       Mendirikan masjid-masjid dan pendirian-pendirian lain untuk tempat ibadah.
b.      Mendirikan dan mengatur pendirian-pendirian untuk pengajaran agama Islam dan Umum.
c.       Menyiarkan citakan buat tablig dan pendidikan umum.
d.      Mengadakan rapat tentang agama.
e.       Mengusahakan rumah yatim, rumah miskin, balai kesehatan, dan lain-lain pekerjaan amal yang baik dan umum.
f.       Melakukan lain-lain pekerjaan juga yang perlu untuk menyampaikan tujuannya.[12]
Dalam kondisi politik yang tidak menentu, di mana posisi organisasi social pribumi sangat memungkinkan sikap-sikap politik ormas seperti Muhammadiyah hanya formalitas. Muhammadiyah mengakui kekuatan pemerintah, tetapi bersifat simbolik. Dukungan terhadap Dai Nippon diberikan kepada Jepang dengan syarat bahwa Jepang dilarang menghina agama Islam. Kerjasama yang di galang pemerintah Jepang diterima oleh pemuda Muhammadiyah asalkan tidak bekerjasama dalam bidang keagamaan.
Pada November 1943 Jepang mendirikan Masyumi untuk menyatukan dan mengkoordinir seluruh pergerakan muslim.beberapa fungsi administrasi dan kemiliteran yang diberikan kepada sejumlah muslim menguatkan posisi muslim di masa selanjutnya. Muhhamdiyah pun tetap aktif hingga saat ini


Sumber :